Amelia : (Sedang duduk di ruang tamu)
“Anak-anakku, kemarilah!”.
Ketiga anaknya : (Menghampiri ibunya) “Iya ibu,
ada apa?”.
Amelia : “Ibu ingin selama beberapa hari ini,
kalian menjaga rumah tanpa ibu ya”.
Ajeng : “Memangnya ibu mau pergi kemana?”
Amelia : “Ibu akan berdagang di desa sebrang”.
Ajeng
: “Wahh,, nanti saat ibu di desa sebrang, jangan lupa belikan peralatan untuk berdandan ya!”.
Ayu : “Ibu... ibu... kalau aku ingin dibelikan
peralatan memasak yaa!”.
Amelia : “Baiklah nak”.
Anina : (Terkejut) “Apa!! Ibu akan pergi ke desa
sebrang? Kan desa sebrang itu sangat jauh sekali, bahkan saya tidak tahu jalan
ke desa sebrang”.
Amelia
: “Iya sayang, ibu hanya berdagang di desa
sebrang saja”.
Anina : (Seperti memohon kepada ibunya) “Ibu..
jangan pergi... jangan pergi..”.
Ayu : (Menepuk pundak Anina) “Sudahlah Anina,
ibu kan hanya berdagang, tanpa ia, kita bisa hidup dengan apa?”.
Ajeng : “Betul itu Anin, kamu harus tahu bahwa ibu berjuang
untuk mencari uang untuk kita, hanya ibulah yang menjadi penolong bagi kita,
kamu kan tahu, ayah kita sudah tiada...”.
Anina : (Mulai menangis).
Amelia : (Sambil mengangkat dagu Anina) “Apa yang dikatakan
oleh kakak-kakakmu itu benar nak”.
Anina : “Tapi bu..”
Ajeng : (Rasanya ingin marah) “Sudahlah Anina! Kau diam
saja!!”
Amelia : “Ajeng kau tidak boleh berkata seperti itu kepada
adikmu!”.
Ajeng : “Tapi bu..”.
Ayu : “Anina, jangan dengarkan kata kak Ajeng tadi yah..”.
Anin : (Mengusap air matanya) “Iya kak, terima kasih”.
Ajeng : “Ih, dasar manja. Bisanya Cuma nangis doang”.
-Malam harinya-
Amelia : (Menghampiri Ajeng dan Ayu) “Anak-anakku, ibu
sekarang akan pergi ke desa sebrang. Jaga diri kalian ya, jangan beritahu Anina
bahwa ibu jadi pergi ke desa sebrang ya”.
Ajeng &Ayu : (Mengangguk) “Baik bu”.
-Saat Amelia sudah di depan pintu istana, tiba-tiba saja ada
yang memegang tangannya, lalu Amelia melihat Anina yang memegang tangannya
itu-
Anina : (Sambil memegang tangan ibunya) “Ibu jangan pergi..
saya tidak mau ibu pergi”.
Amelia : “Sayang.. ibu hanya pergi tiga hari saja nak..”.
Anina : (Dengan wajah memohon) “Tapi bu, bagi saya, tiga
hari itu lama..”.
Amelia : “Tapi nak, ibu berdagang hanya mencari uang untuk
kalian..”.
-Saat ibunya menjelaskan, Anina langsung membawa ibunya ke
dapur-
Anina : (Dengan wajah semangat) “Nah, sekarang ibu duduk
saja disini, saya akan memasak yang enak untuk ibu, agar ibu tidak pergi”.
Amelia : (Sengaja berbohong) “Baiklah, ibu akan tunggu disini”.
-Beberapa jam kemudian, Anina belum menyelesaikan
masakannya, ia sudah tertidur pulas sambil memegang sendok masak-
Amelia : (Memanggil Ajeng&Ayu dengan suara yang pelan)
“Ajeng.. Ayu.. kemarilah”.
Ajeng &Ayu : “Ada apa ibu?”.
Amelia : “Tolong kalian pindahkan adik kalian ke kamranya,
ibu akan pergi sekarang juga”.
-Lalu, Amelia meninggalkan mereka, dan ia langsung menaiki
kereta kerajaan-
-Beberapa menit kemudian-
Anina : (Bangkit dari tempat tidurnya) “Ibu!!... lho..
mengapa saya bisa ada di kamar? Bukannya tadi saya memasak untuk ibu ya? . Oh
tidak ibu.. jangan jangan ibu sudah pergi! Aku harus menyusulnya!”.
-Kemudian, Anina keluar istana untuk mencari ibunya, dengan
menunggangi kuda kerajaan-
Anina : (Berbicara dalam hati) “Aku harus mencari ibu!
Harus!.”
-Lalu, Anina berjalan entah kemana, ia tidak tahu jalan
menuju desa sebrang. Lalu Anina menemukan sebuah desa, disana ada sebuah
warung, Anina segera berjalan menuju warung itu.-
Anina : (Sambil menahan lapar) “Aku baru ingat, aku.. tidak
membawa uang.. apa yang harus aku lakukan?”
-Lalu, Anina mempunyai ide, ia berdiri sambil menundukkan
badan, ternyata ia sedang mengemis-
Anina : (Dengan wajah heran) “Sepertinya aku harus lakukan
cara lain”.
-Kemudian, Anina mengatur suaranya dan ia mulai menyanyi,
banyak warga desa itu yang melihat Anina menyanyi, kemudian Anina menyanyi
sambil menari-
Warga : (Bertepuk tangan) “Kau sangat hebata anak muda!
Bakatmu luar biasa”.
Anina : (Tersenyum malu) “Ah,, teima kasih semuanya”.
-Kemudian Anina segera menuju warung. Setelah ia selesai
makan ia langsung berjalan untuk melanjutkan perjalanannya-
-Malam haripun tiba, ia beristirahat ditengah padang rumput
yang luas, tiba-tiba datanglah seorang nenek tua, ia adalah seorang penyihir-
Anina : (Seperti ketakutan) “Si..siapa kau? Apa maumu?”.
Nenek tua : (Tersenyum) “Jangan takut anak manis, nenek
hanya seorang nenek tua, tetapi nenek adalah seorang penyihir”.
Anina : (Wajah bingung) “Penyihir? Nenek adalah seorang
penyihir?”.
Nenek tua : “Iya anak manis. Apa tujuanmu kemari?”.
Anina : “Saya kemari untuk mencari ibu saya yang sedang
pergi berdagang di desa sebrang. Saya takut, ada hal yang tidak saya inginkan
terjadi”.
Nenek tua : (Menawarkan sesuatu kepada Anina) “Apakah kamu
ingin menjadi seekor burung nak?”.
Anina : (Terkejut) “Apa! Nenek ingin mengubah saya menjadi
seekor burung? Saya mau nek! mau! Asalkan saya bisa menemukan nenek saya!”.
Nenek tua : Tetapi, ada hal yang kamu tidak ketahui, bahwa
ketika nenek sihir kamu menjadi seekor burung, kau tidak bisa berubah menjadi
manusia lagi..”.
Anina : (Berpikir sejenak).
Nenek tua : “Bagaimana nak?”.
Anina : “Hmmm... baiklah nek, saya mau menjadi seekor
burung. Demi ibu saya, saya akan lakukan apapun yang saya bisa”.
-Tak lama kemudian, nenek tua itu mengucapkan mantranya, dan
ia mengayunkan tangannnya ke arah Anina.-
Anina : (Sambil mengepakkan sayapnya) “Terima kasih nek!
Saya akan mencaari ibu saya!! Sampai jumpa nek!”.
-Keesokan harinya Anina terbang mencari
ibunya, beberapa jam kemudian, Anina melihat kereta kerajaan ibunya dikejar
oleh sekelompok perampok, lalu, perampok tersebut menabrak kereta kerajaan itu
sampai terjatuh, saat kereta tersebut jatuh, para perampok mengambil barang
dagangan ibu Anina. Saat perampok itu hendak pergi, salah satu perampok memukul
ibu Anina dengan kayu, lalu, ibu Anina pingsan di tempat kejadian itu.-
Anina : (Terbang menuju ibunya) “Ibuu!!
Ibuu!! Sadarlah ibuu!!”.
-Kemudian Anina mencari bantuan. Anina
menemukan kerajaan lain sedang berkemah disana, tanpa pikir panjang, Anina
langsung mencari pertolongan. Saat mencari seseorang Anina melihat seorang
puteri kerajaan sedang menunggangi kuda, lalu Anina menghampiri puteri
tersebut.-
Puteri Kerajaan : (Berhenti menunggangi
kuda) “Wah.. indah sekali burung kecil itu, aku ingin sekali memilikinya.
Sepertinya aku harus menangkapnya”.
-Saat puteri kerajaan hendak menangkap
Anina, Anina terbang menuju ibunya pingsan.-
Puteri Kerajaan : “Sepertinya burung itu
menginginkan aku mengikutinya”.
-Lalu Puteri itu mengikuti Anina. Saat
puteri itu sampai di tempat ibu Anina, puteri tersebut terkejut melihat ibu
Anina dalam keadaan pingsan, lalu puteri tersebut membawa ibu Anina ketempat
perkemahannya.-
Puteri Kerajaan : “Kasihan ibu ini”
-Tak lama kemudian ibu Anina sadar.-
Amelia : (Terbangun) “Dimana saya berada?
Dimana kereta kerajaanku?”
Puteri Kerajaan : “Akhirnya ibu sadar
juga”.
Amelia : “Siapa kau? Dimana saya
sekarang?”.
Puteri Kerajaan : “Ibu sekarang berada di
perkemahan saya, saya adalah seorang puteri dari kerajaan lain, saya sudah
yatim piatu”.
Amelia : “Apa yang terjadi dengan saya?”.
Puteri Kerajaan : “Saya tidak tahu bu,
saya hanya mengikuti burung kecil yang ada di pohon sana. Saya melihat ibu
dalam keadaan pingsan”.
Amelia : “Burung kecil?”.
-Saat Anina melihat ibunya telah sadar,
ia terbang menuju ibunya, dan Anina langsung berkicau kicau pertanda bahwa ia
sangat senang.-
Amelia : “Burung kecil ini mengingatkanku
pada anakku yang bungsu, Anina. Rasanya ia sedang berada dipelukanku”.
-Tiba-tiba muncullah cahaya dari tubuh
Anina, Anina yang menjadi seekor burung itu berubah menjadi manusia kembali,
ternyata kasih sayang seorang ibulah yang bisa mengubahnya menjadi manusia.-
Amelia : (Memeluk Anina) “Anina!!”.
Anina : “Ibuuu!!”.
Amelia : “Mengapa kau bisa menjadi seekor
burung nak?”.
Anina : (Tersenyum sambil menangis)
“Ceritanya panjang, akan kuceritakan nanti”.
-Lalu, puteri kerajaan menyuruh
pengawalnya untuk mengantar Anina dan ibunya kembali ke kerajaannya.-
Amelia : “Ehmm.. Nak terima kasih telah
menyelamatkan saya”.
Puteri Kerajaan : (Tersenyum malu) “Iya
bu, sama sama. Itu sudah kewajiban saya menjadi puteri kerajaan”.
Amelia : “Apa benar kau yatim piatu?”.
Puteri Kerajaan : (Wajah sedih) “I..Iya
bu, orangtua saya telah meniggal 5 tahun yang lalu, sebelum mereka pergi,
mereka menitipkan kerajaan mereka kepada saya, dan saya diangkat menjadi puteri
kerajaan itu”.
Amelia : “Apakah kau mau menjadi anak
saya?”.
Puteri Kerajaan : (Terdiam sejenak)
“Sa..saya menjadi anak ibu?”.
Amelia : “Iya, itupun kalau kau mau nak”.
Puteri Kerajaan : “Tetapi bagaimana
dengan kerajaan saya?”.
Amelia : “Nanti saya akan mengurus
masalah itu, tetapi kamu masih menjadi puteri keerajaan”.
Puteri Kerajaan : (Memeluk Amelia)
“Te..terima kasih bu. Sudah lama saya ingin mencari ibu yang baik dan perhatian
untuk saya. Saya mau menjadi anak ibu”.
-Lalu, Ajeng, Ayu, dan Anina datang
menghampiri mereka dan merekapun berpelukan.-
Ayu : “Wah.. kayaknya seru nih, ada adik
baru, mana adik barunya puteri kerajaan lagi... nanti akan aku ajari kau
memasak yaa!! Aku jago masak lhoo...”.
Ajeng : “Hahaha... benar juga kata Ayu! Aku
juga akan ajari kau berdandan yang paling cantik ya”.
Puteri Kerajaan : (Tersenyum sambil
menahan tawa) “Hahahaha... kakak ini... bisa saja.. baiklah, kalau maunya kakak
begitu, aku ikut deh!”.
Ajeng &Ayu : “Yeeay!!”.
-Dan akhirnya mereka hidup bahagia-